Metode Hizbut Tahrir Menegakkan Khilafah

Dr. Imran Waheed, London-UK

Hizbut Tahrir dalam langkah-langkah perjuangannya selalu berpegang pada metode Rosulullah saw. Siapa saja yang menjadikan Rasul sebagai contoh teladan, akan dapat melihat bagaimana Rasulullah saw. beserta kelompoknya dari para sahabatnya berjuang melawan seluruh kebatilan dan menghadapi segala rintangan dalam rangka meninggikan agama Allah Swt. di muka bumi dengan mendirikan negara Islam di Madinah.

Siapapun yang membaca sejarah perjuangan Rasulullah saw. dan ingin mengikuti langkah-langkah beliau tidak akan mempersoalkan 13 tahun lamanya beliau berjuang, tetapi bagaimana beliau dengan partai politiknya yang beranggotakan para sahabat beliau berhasil mendirikan negara Islam. Metode inilah yang juga diadopsi oleh Hizbut Tahrir.

Dengan metode inilah kaum Muslim dapat menegakkan negara Khilafah selama 1400 tahun. Metode ini mampu mengguncang singgasana para raja /kepala Negara yang zalim sekaligus mendorong umat Islam berkeinginan mengembalikan kemuliaan mereka di tengah-tengah kehidupan di dunia dan akhirat. Mereka yang menginginkan tegaknya kembali negara Khilafah dan perubahan secara radikal tentu harus mendedikasikan diri mereka untuk mempelajari dan mendalami metode ini serta menerapkannya tanpa penyimpangan sedikitpun.

Atas izin Allah, Rasulullah saw. telah membentuk partai politik. Sesungguhnya politik bersumber dari Sunnah Rasulullah. Bukankah Rasulullah pernah berkata kepada orang-orang Quraisy, “Aku akan memberi kalian satu pernyataan yang akan menjadikan kalian penguasa bagi bangsa Arab dan orang-orang selain Arab.”

Ketika ditanyakan pernyataan apa itu, Rasul saw. menjawab, “Katakan, ‘Lâ ilâha illâ Allâh, niscaya kalian akan mendapatkannya.”

Jika ini dikatakan bukan politik dan bukan pula sebagai aktivitas politik, lalu mau disebut apa?

Membentuk Partai Politik

Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw. adalah sebuah ayat yang membantah dengan sangat fundamental sendi-sendi kehidupan masyarakat Makkah yang telah mapan:

]اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ %خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ[

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (QS al-Alaq [96]: 1-2).

Ayat ini memerintahkan kepada Muhammad saw. dan semua pengikutnya sampai Hari Kiamat untuk membaca, mempelajari, dan melaksanakan kehidupan Islami atas nama Allah; bukan atas nama berhala orang-orang Quraisy atau berhala peradaban Barat, seperti demokrasi dan kebebasan.

Setelah menerima wahyu yang pertama, Rasulullah saw. kembali pulang dan menceritakannya kepada istrinya yaitu Khadijah Ummul Mukminin. Khadijah (ra) berkata, “Setelah (hari) ini tidak akan ada lagi istirahat.”

Dalam mengawali langkah dakwahnya, Rasulullah saw. mendatangi orang-orang terdekat beliau dan secara terang-terangan mengajak orang-orang Makkah untuk masuk Islam. (Lihat: QS al-Mudatstsir [74]:1-2).

Rasulullah saw melakukan kontak dengan orang-orang Makkah dan mengajarkan mereka al-Quran. Satu-persatu dari mereka memeluk Islam, Beliau kemudian memerintahkan kepada mereka yang lebih dulu memeluk Islam untuk mengajarkan al-Quran kepada yang lainnya. Beliau menjadikan rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai pusat pembinaan.

Beliau melakukan aktivitas ini selama 3 tahun, mengajari kelompok kaum Muslim, membimbing mereka dalam shalat, melaksanakan tahajud pada malam hari, memotivasi mereka, memperkuat keyakinan mereka melalui shalat dan zikir, membantu mereka meningkatkan taraf berpikir dan merefleksikan ayat-ayat al-Quran yang diturunkan Allah Swt. Beliau mengajari mereka sikap sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang sangat berat yang datang dari Allah Swt. Beliau menanamkan keyakinan yang mantap kepada mereka sehingga bekas-bekas kekufuran dan kejahiliahan lenyap dalam diri mereka dan mereka menjadi bersih dengan akidah Islam.

Siapa saja yang ingin mengembalikan tegaknya negara Khilafah harus membentuk partai sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw.; sebuah partai yang mampu menenggelamkan seluruh pemikiran kapitalisme, komunisme, nasionalisme, dan semua yang bertentangan dengan Islam hilang dalam diri anggota-anggotanya. Mereka menjadi orang-orang yang pantas dan layak mengemban dakwah Islam dan mampu memikul beban dakwah. Rasulullah saw. menjadikan para sahabat berubah secara radikal sehingga mereka mampu menahan beban berat yang menimpanya. Rasul menjadikan sahabat Umar bin al-Khaththab dari seseorang yang pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup hingga menjadi seseorang sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah saw., “Jika Umar berjalan di sebuah sisi jalan, setan berjalan di sisi jalan yang lainnya.”

Di tangan beliau pula, Abdullah bin Mas‘ud yang kakinya kecil selalu tertiup angin menjadi seseorang yang kakinya jauh lebih kokoh daripada Gunung Uhud; seorang anak berumur 8 tahun, Ali bin Abi Thalib, menjadi seseorang yang berkata—ketika menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa memutuskan untuk menerima Islam, “Allah tidak pernah berkonsultasi lebih dulu dengan ayahku ketika Dia menciptakanku. Lalu mengapa aku harus berkonsultasi dengannya untuk menyembah-Nya?!”

Berinteraksi dengan Masyarakat

Setelah Muhammad saw. membentuk partainya bersama para sahabatnya dan membuat perubahan secara radikal, Allah Swt. memerintahkan beliau keluar secara terang-terangan sekaligus menentang pemikiran-pemikiran orang-orang Makkah serta para elit politiknya yang memberlakukan aturan kufur kepada masyarakat Makkah. (Lihat: QS al-Hijr [15]: 94).

Dengan turunnya surat al-Hijr ayat 94, Rasul dan para sahabat turun ke jalan dalam dua barisan. Mereka berjalan mengelilingi Ka’bah sepanjang siang sembari menentang praktik-praktik dari aturan-aturan kota Makkah.

Selanjutnya, Muhammad saw mengambil setiap kesempatan untuk mengungkap kesalahan dari cara pandang hidup yang selama ini dijalani orang-orang Quraisy. Beliau mencela korupsi, mengungkap masalah-masalah sosial, dan menghina berhala-berhala kafir Quraisy.

Siapa saja yang berkeinginan menegakkan kembali negara Khilafah dituntut untuk mengikuti metode Rasulullah saw. dalam mengungkap kekeliruan dari pandangan hidup orang-orang kafir, mengkritik praktik-praktik ekonomi di masyarakat, dan menghinakan sendi-sendi kehidupan masyarakat Barat yang di propagandakan ke seluruh Dunia Islam. Itulah yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Kaum Muslim hendaknya membaca ayat:

]وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ[

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (QS al-Mutaffifin [83]: 1).

Hari ini kaum Muslim harus menentang praktik-praktik ekonomi yang korup seperti pasar bebas. Sekadar menyebut contoh, bahwa Hizbut Tahrir menerbitkan booklet yang mengkritik anggaran pemerintah Sudan dan booklet yang menjelaskan latar belakang kehancuran pasar-pasar modal di Timur-Jauh.

Partai politik Muhammad saw menantang para pemimpin Quraisy. Sebagai contoh, ketika Hamzah memeluk Islam, dia berhadapan dengan Abu Jahal sambil menantangnya dengan berkata, “Apakah engkau akan menghinakan kemenakanku (Muhammad) setelah aku menjadi pengikut agamanya?”

Allah Swt. telah menyerang orang-orang zalim, seperti dalam firman-Nya:

]تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ[

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (QS al-Masad [111]: 1).

Hari ini pun, kita harus bangkit melawan kekuasaan politik yang zalim di negeri-negeri Muslim, seperti halnya rezim raja Abdullah dari Yordania dan rezim Karimov dari Uzbekistan, sekaligus memperlihatkan kekeliruan dari cara pandang hidup dan kekuasaan mereka. Tentu, mengungkap aturan-aturan semacam itu adalah salah satu tindakan yang sangat mulia di sisi Allah Swt., karena Rasulullah saw pernah bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْجِهَادِ كَلِمَةَ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ»

Sesungguhnya di antara jihad yang paling Utama adalah menyampaikan kata-kata yang adil (lurus/benar) di hadapan penguasa yang lalim. (HR at-Tirmidzi).

Kita juga harus berada di barisan terdepan dalam menghadapi berhala-berhala yang berasal dari Barat, seperti demokrasi dan kebebasan. Sama seperti yang dilakukan oleh partainya Rasulullah saw. yang menghadapi berhala-berhala kafir Quraisy yaitu Latta, Manat, dan Uzza. Para elit politik kota Makkah dan cara pandang hidup mereka terguncang atas perjuangan Muhammad saw dan kelompoknya. Mereka para elit politik Makkah mendatangi Rasul dan menawarkan kepadanya dunia (harta dan kekuasaan) agar Rasul beredia meninggalkan seruannya. Setelah mereka gagal, mereka memburu dan menangkapi orang-orang yang telah memeluk Islam, menganiaya dan menyiksa mereka, memfitnah serta memboikot mereka. Sama halnya dengan kondisi sekarang. Para pengemban dakwah yang ikhlas, yang menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya panutan, diburu dan dikejar-kejar dalam usaha untuk memadamkan cahaya Islam.

]يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ[

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. (QS at-Taubah [9]: 32).

Alhamdulillah, partai Rasulullah saw. mampu bertahan dari penganiayaan, penderitaan, dan pemboikotan. Jika tidak ada partai seperti ini, dakwah tidak akan berhasil.
Meraih Kekuasaan

Walaupun semua itu telah dilakukan, Muhammad saw. masih belum dapat mendirikan negara Islam. Karena itu, beliau menghabiskan seluruh upayanya dalam melakukan thalab an-nushrah (mencari pertolongan untuk meraih kekuasaan). Tentu saja tanpa aktivitas thalab an-nushrah dari orang-orang yang memilikinya tidak akan mungkin mampu menegakkan negara, serta menegakkan agama Allah Swt. di muka bumi. Perhatikanlah di semua buku-buku sirah Rasul, Anda akan melihat bahwa beliau menghabiskan waktu selama 3 tahun, pergi dari satu kabilah (suku) yang kuat ke kabilah kuat lainnya, mengajak mereka untuk membantu beliau meraih kekuasaan serta mengimplementasikan Islam. Secara keseluruhan beliau mengunjungi lebih dari 40 suku (kabilah) dengan satu tekad, yaitu mengajak mereka untuk masuk agama Islam dan membantu beliau untuk meraih kekuasaan sehingga Islam dapat diimplementasikan secara menyeluruh.

Muhammad saw. senantiasa mengadakan dialog-dialog dengan kabilah-kabilah (suku-suku) yang ada. Setelah berdialog dengan kabilah Bani Amr bin Sa‘sa‘ah, mereka bertanya kepada Rasul saw. “Siapa yang akan menjadi penguasa setelah engkau?”

Muhammad saw. menjawab, “Allah akan memberi kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.”

Jelas, bahwa Rasulullah saw. datang kepada mereka meminta pertolongan untuk meraih kekuasan dan mengimplementasikan Islam.

Rasulullah saw. juga meminta kepada kabilah-kabilah lain kekuasaan dari mereka.

Meraih kekuasaan dengan memintanya dari orang-orang yang memilikinya adalah inti dari Sunnah Rasulullah saw. Mengikuti Sunnahnya menuntut kita menjalankan aktivitas thalab an-nushrah untuk meraih kekuasaan dari orang-orang yang memilikinya, dalam rangka mengimplementasikan Islam.

Begitulah metode Rasulullah saw. yang seharusnya kita adopsi dalam rangka menegakkan kembali negara Khilafah. Metode ini telah mampu membangun suatu negara yang hanya dalam tempo puluhan tahun saja telah membuat kerajaan Romawi dan Persia takluk di bawah telapak kaki mereka. Metode ini adalah metode perubahan, bukan metode kompromi dan stagnasi, apalagi ketundukan pada kekufuran. Inilah metode yang memenuhi kehendak Allah, bukan yang memenuhi kehendak penguasa atau masyarakat.[]

Kenapa Hizbut Tahrir Partai Politik ?

Partai adalah kelompok yang berdiri berdasarkan satu ideologi (mabda’) yang diimani oleh individu-individu Partai dan ingin diwujudkan di tengah masyarakat. Hizbut Tahrir memenuhi definisi partai ini. Hizbut Tahrir merupakan kelompok yang berdiri berdasarkan Islam sebagai sebuah ideologi yang ingin diwujudkan secara praktis di dunia Islam. Kemudian mengokohkannya, melindunginya dan berjalan dengannya di jalan yang terus menanjak dan menghalangi penakwilannya dan menghalangi kemunduran masyarakat Islami. Hal itu tidak akan bisa direalisasikan kecuali jika Hizbut Tahrir merupakan partai politik. Yaitu kelompok yang memelihara urusan-urusan masyarakat. Hanya saja Hizbut Tahrir memelihara urusan masyarakat itu hanya dengan pemikiran jika Hizb belum memegang pemerintahan.

Sebaliknya jika memegang pemerintahan, Hizb akan memelihara berbagai urusan masyarakat itu dengan pemikiran dan amal. Dalam kedua kondisi itu, aspek politik harus selalu nampak menonjol, sehingga individu masyarakat tidak memandang bahwa di dalam aktivitas riayah asy-syu’un itu hanya ada aspek ruhiyah saja, meski hal itu menjadi asasnya. Juga membuat seseorang tidak memandang bahwa di dalam aktivitas riayah asy-syu’un itu hanya terdapat aspek tsaqafiyah saja, meski hal itu merupakan penampakan yang membedakan Hizb dari yang lain. Akan tetapi hendaknya individu masyarakat memandang di dalam aktivitas riayah asy-syu’un itu hanya tampak menonjol aspek politik saja. Karena Hizbut Tahrir merupakan partai politik, bukan yang lain.

Hanya saja sudah menjadi pengetahuan bahwa politik adalah pemeliharaan urusan masyarakat. Politik itu bukanlah membaca dokumen, mendengarkan berbagai berita dan mengomentarinya serta menguasai berbagai informasi politik. Politik bukanlah semua itu, meski semuanya merupakan keniscayaan bagi seorang politisi sebagai makanan hariannya.

Selama politik adalah pemeliharaan urusan-urusan masyarakat, maka adalah penting mengetahui apa saja yang menjadikan seseorang baik sebagai bagian sebuah kutlah atau sebagai individu masyarakat, dapat aktif berpolitik. Urusan-urusan masyarakat itu secara praktis diatur oleh penguasa. Politisi dan kelompok politik juga melakukan pemeliharaan berbagai urusan masyarakat itu. Mereka yakni politisi dan kelomopk politik itu tidak bisa secara langsung melakukan aktivitas politik kecuali jika mereka memiliki eksistensi politis di negeri itu. Yaitu masyarakat dan penguasa mengetahui bahwa mereka aktif berpolitik. Supaya masyarakat mengenal bahwa mereka adalah politisi maka mereka harus berada di tengah-tengah masyarakat dalam kapasitas mereka sebagai orang-orang yang aktif berpolitik. Eksistensi itulah yang memberikan karakter bahwa mereka adalah politisi. Juga akan memberikan kepada mereka hak mengatur berbagai urusan masyarakat, yaitu aktif berpolitik.

Karena politik merupakan aktivitas yang terjadi dan pemikiran-pemikiran tentangnya, maka politik akan membentuk sejarah tentang aktivitas yang berlangsung. Dari sini politik yang berlangsung dan telah selesai merupakan sejarah. Dan sejarah berbagai peristiwa yang terjadi adalah politik. Jadi sejarah merupakan politik dan politik akan menjadi sejarah.

Hanya saja aktivitas-aktivitas yang terjadi dan pemikiran tentangnya, biasanya sampai kepada masyarakat dan pribadi-pribadi tidak lain melalui berita. Pemahamannya akan datang dari keluasan berita, penguasaan dan memonitor berita. Oleh karena itu yang membentuk kapasitas politik adalah membaca dan mendengarkan berita. Seorang politisi manapun tidak mungkin menjadi politisi kecuali jika ia memiliki, menguasai dan memonitor berbagai berita. Berita itu datang dari aktivitas atau pemikiran yang berkaitan dengan berbagai aktivitas. Karenanya seorang politisi harus mengetahui aktivitas-aktivitas dan pemikiran serta semua yang berkaitan dengannya. Berita-berita tentang semua itu adalah informasi politik.

Jika seorang politisi mendengar berita bahwa Inggris melakukan pemilu dua kali dalam setahun misalnya, maka ia harus memiliki berbagai informasi tentang Inggris dari sisi kondisi-kondisi politiknya dan sebab-sebab pengulangan pemilu sehingga ia bisa memahami bahwa Inggris sedang berada dalam kondisi goncang dan lemah akibat pukulan dari luar negeri atau dalam negeri.

Berbagai aksioma politik meski pada dasarnya merupakan berita atau sejarah, tetapi ia menjadi bagian dari berita tentang aktivitas atau pemikiran yang terkait. Sehingga aksioma politik merupakan bagian dari politik selama terkait dengan berita. Dari sini maka informasi-informasi politik itulah yang membentuk seorang politisi dan yang memungkinkan seseorang bisa melakukan ri’ayah asy-syu’un. Artinya yang memungkinkan seseorang untuk aktif berpolitik.

Berita dan informasi politik itu saat ini menjadi bernilai dan memiliki permintaan yang menampakkan urgensitasnya. Juga saat ini berita dan informasi politik itu diberi perhatian yang besar oleh masyarakat. Karena semua itu munculllah berbagai media, agen-agen berita (wartawan) dan para komentator politik. Mereka memiliki posisi di tengah masyarakat karena mereka memiliki berita. Meski berita-berita itu kurang lebih adalah politik karena beritalah yang membentuk politik, namun orang-orang yang mengatur atau memelihara urusan masyarakat dengan perkataan ataupun secara praktis, mereka tidak berpikir untuk menjadi wartawan atau komentator. Mereka juga tidak rela dimasukkan di dalam golongan wartawan dan komentator. Karena wartawan dan komentator itu memberikan apa yang mereka buat yang diantaranya adalah politik kepada politisi. Yaitu mereka menyodorkan berita kepada politisi. Jadi mereka adalah pelayan para politisi. Mereka adalah perantara para politisi untuk menguasai berbagai komoditas politik. Oleh karena itu di tengah masyarakat terdapat politisi dan wartawan.

Politisi bukan wartawan, dan sebaliknya. Kadang seorang wartawan atau seorang komentator politik naik tingkat menjadi seorang politisi. Dan kadang seorang politisi turun peringkat menjadi wartawan atau komentator politik. Tetapi pada akhirnya akan mengantarkan dia untuk meninggalkan media dan meninggalkan politik. Karena seseorang tidak bisa menjadi seorang wartawan sekaligus politisi pada waktu yang sama. Seseorang itu kadang menjadi seorang politisi dan kadang menjadi wartawan, tidak bisa kedua-duanya sekaligus.

Syabab Hizb merupakan politisi yang sesungguhnya, bukan seorang politisi secara teoretis atau seorang wartawan. Mereka meski harus mencurahkan perhatian besar dalam memonitor berita dan menguasainya secara lengkap dan menjadikan berita itu sebagai makanan harian, tetapi mereka wajib memiliki sarana untuk mengatur urusan-urusan masyarakat. Karena mereka adalah politisi, bukan wartawan. Lebih dari itu mereka adalah para pengemban dakwah.

Mereka adalah pengusung pemikiran bukan sekedar pengajar, atau imam masjid. Oleh karena itu mereka harus senantiasa mengatur urusan-urusan masyarakat dengan pemikiran dan senantiasa mengemban dakwah. Mereka harus menjadikan berita dan informasi politik hanya sebagai alat untuk mentransformasikan kepada mereka berbagai aktivitas dan pemikiran-pemikiran yang berkaitan. Berita dan informasi politik itu bagi mereka tidak boleh melebihi sebagai sarana transformasi komoditas politik.

Karakter yang dipakai mensifati diri oleh para syabab Hizb adalah bahwa mereka merupakan politisi aktivis. Atau dengan ungkapan lain mereka adalah politisi. Bahkan yang menjadi aktivitas mereka di dalam kehidupan ini adalah politik. Benar bahwa mereka tidak mencari rezki dengan politik. Aktivitas mereka juga tidak hanya sebatas aktivitas politik. Tetapi mereka adalah politik yang melangkah di jalan. Aktifitas politik tetap mereka lakukan meskipun saat mencar rezki sekalipun. Sebelum memerintah mereka adalah politisi. Dan setelah memerintah merekapun politisi. Artinya mereka tetap menjadi politisi baik berada di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Yaitu mereka adalah orang-orang yang mengatur dan memelihara urusan-urusan masyarakat.

Urusan masyarakat berbeda-beda kondisi dan tingkatannya. Kondisi harga bahan makanan yang sedang naik merupakan urusan masyarakat. Menurunnya kurs mata uang negara merupakan urusan masyarakat. Keberadaan penguasa yang mengatur urusan rakyat sesuai kepentingan negara asing merupakan urusan masyarakat. Musim pertanian yang mengalami kemerosotan produksi atau keadaan negeri yang dilanda kekeringan merupakan urusan masyarakat. Keberadaan AS yang menarik diri dalam masalah Siprus karena khawatir dengan Rusia merupakan urusan masyarakat. Kenyataan bahwa Rusia berupaya membangun hubungan dengan negara-negara Eropa Barat merupakan urusan manusia. Dan seorang politisi mengatur urusan-urusan tersebut.

Urusan-urusan itu tidak diketahui kecuali dari berita. Maka politisi itu obyek penelaahannya adalah berita untuk bisa mengatur urusan masyarakat. Berita tidak mengadakan aktivitas yang dilakukan. Tetapi aktivitas yang dilakukan/terjadi tidak akan bisa sampai kecuali dengan berita. Akhirnya pada sebagian orang makna politik menjadi rancu. Akhirnya banyak orang menganggap aktifitas membaca dan mendengarkan berita sebagai aktif berpolitik.

Syabab Hizbut Tahrir adalah para pengemban dakwah dan pemilik pemikiran. Aktivitas mereka adalah dakwah islamiyah dan berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan islami. Dalam kondisi mereka berhasil melanjutkan kembali itu mereka menjadi pilar-pilar masyarakat yang menghalangi keterpurukan masyarakat atau perubahannya (menuju kondisi semakin buruk). Aktivitas para syabab Hizb adalah berjuang untuk mewujudkan pemikiran mereka baik dengan mengemban pemikiran itu kepada masyarakat atau mendidik mesyarakat dengan pemikiran Hizb atau dengan menunjuki masyarakat ke arah yang menjadi tujuan Hizb.

Hanya saja aktivitas itu hakikatnya adalah aktivitas memelihara dan mengatur urusan masyarakat. Artinya aktivitas mereka itu hakikatnya adalah aktivitas politik. Oleh karena itu syabab Hizbut Tahrir niscaya merupakan politisi. Mereka yang bukan politisi maka mereka tidak memiliki hubungan dengan partai mereka, meski mereka menisbatkan diri kepadanya.

Satu hal yang harus jelas adalah bahwa politik bukanlah berita dan informasi. Pemeliharaan urusan yang mereka lakukan bukan semata pemeliharaan urusan menggunakan sesuatu yang di dalamnya terdapat kemaslahatan dan kebaikan bagi masyarakat. Tetapi riayah yang mereka lakukan adalah pengaturan dan pemeliharaan urusan masyarakat menggunakan mabda (ideologi) Islam. Karena kemaslahatan adalah apa yang dikatakan Islam sebagai maslahat. Karena kebaikan itu tidak lain adalah apa yang dibawa oleh Islam. Kalau begitu para syabab Hizb adalah politisi-politisi dari jenis tertentu. Mereka bukan pedagang berita. Oleh karena itu harus jelas dalam diri mereka bahwa aktivitas mereka adalah mengatur dan memelihara urusan masyarakat dengan ideologi Islam.

Akan tetapi mereka tidak akan mampu melakukan hal itu kecuali jika mereka menguasai berita dan informasi. Berita dan informasi adalah makanan harian mereka. Berita dan informasi itulah yang memungkinkan mereka bisa memahami politik dan aktiv berpolitik. Tetapi berita dan informasi itu bukan politik itu sendiri, juga bukan aktivitas politik.

Atas dasar itu, kewajiban syabab adalah mendengarkan berita setiap hari sesuai kemampuan mereka. Dan hendaknya mereka memiliki informasi-informasi politik atas sebagian besar berita yang ada. Mereka hendaknya membaca berita-berita politik secara luas dan ekstensif. Akan tetapi hal itu tidak boleh lebih sekedar menjadi sarana untuk melakukan aktivitas politik dan menjadi perantara untuk menguasai komoditas politik. Politik hanyalah pengaturan dan pemeliharaan urusan-urusan masyarakat. Dan mendengarkan berbagai berita adalah penting dan sebuah kelaziman. Akan tetapi pembicaraan dengan masyarakat wajib merupakan pembicaraan politisi, dengan makna jangan sampai hanya menukilkan berita dan mengomentarinya. Tetapi menggunakan berita dan informasi politik demi mengatur dan memelihara urusan-urusan masyarakat.

Misalnya, ketika terjadi peristiwa Watergates dan Nixon, hendaknya syabab menjelaskan bahwa hal itu merupakan bukti kerusakan sistem Demokrasi. Karena yang dimaksudkan adalah keistiqamahan penguasa, bukan pencopotannya. Sistem Islam menjadikan masyarakat berhak dan wajib mengoreksi penguasa demi kelurusan penguasa. Masyarakat mengoreksi penguasa secara terus menerus dengan tujuan agar penguasa itu tetap lurus. Demikianlah setiap berita, pembicaraan tentangnya dijadikan sebagai bagian dari riayah asy-syu’un.

Terdapat perbedaan antara berita dan informasi politik. Begitu pula ada perbedaan antara kaedah-kaedah politik, garis-garis besar politik dan pemahaman konstelasi internasional. Mengetahui semua yang disebutkan itu sekaligus perbedaan diantaranya akan menjadikan kita memiliki pandangan yang tajam untuk memahami politik internasional.

Pemahaman kita atas politik internasional dan perhatian kita dalam mengetahui konstelasi internasional menjadikan kita bisa memahami berbagai hubungan yang sedang terjadi diantara berbagai pihak internasional yang memiliki pengaruh dalam masalah-masalah internasional. Juga menjadikan kita mampu mengetahui maslahat yang menjadi landasan dibangunnya berbagai hubungan itu. Hal itu agar kita bisa meraba dengan penuh pemahaman dan kesadaran apa yang menjadi asas berbagai hubungan itu, bagaimana tata cara memukulnya, dan mengancam negara-negara itu dengan jalan mengancam kepentingan-kepentingannya.

Juga agar kita bisa menentukan sikap kita terhadap setiap negara dan tindakan kita terhadap konstelasi internasional. Kita di dalam Daulah al-Khilafah akan melakukan berbagai manuver politik. Kita juga akan melakukan berbagai persiapan untuk memburu kesempatan, bahkan untuk menyiapkan kesempatan yang tertata dan terakselerasi dalam mengemban dan menyebarkan risalah Islam, menghacurkan berbagai penghalang fisik dan kekuatan militer dengan memobilisasi pasukan dan melangsungkan jihad untuk menjulang tinggikan kalimat Allah dan menghancurkan kekuatan kekufuran.

Kita syabab Hizbut Tahrir, adalah pengusung pemikiran politik yang memiliki metode politik spesifik. Maka kita memandang berbagai peristiwa politik, kita mengambil berbagai informasi politik dan berita umumnya dari sudut pandang ideologi. Islam telah disempurnakan untuk kita dan kita berjuang untuk merealisasikannya di tengah kehidupan, dalam sebuah institusi yang merepresentasikan ideologi Islam, dan dalam sebuah negara yang menerapkannya di tengah realita kehidupan, yang tidak lain adalah daulah Khilafah. Kita berpegang teguh kepada metodenya yaitu menyebarkan ideologi Islam dan mengemban risalahnya kepada seluruh manusia. Sangat penting agar kita berada satu level dan berjalan seiring dengan berbagai peristiwa dari sisi monitoring, pemahaman dan analisis.

Dan hendaknya kita berkemampuan untuk melakukan penetrasi ke lingkungan politik dan menjelaskan berbagai masalah politik dengan metode yang dengannya urusan-urusan masyarakat dapat dipelihara dan bahwa politik adalah pemeliharaan berbagai urusan secara hakiki yang ditentukan oleh Islam.

Memukul berbagai hubungan diantara negara-negara yang eksis di dunia saat ini dilakukan berdasarkan aktivitas menguliti strategi mereka, menampakkan kepentingan yang ada dibalik strategi mereka itu, menjelaskan pandangan mereka yang hakiki dan harapan mereka yang penuh kedengkian. Juga menjelaskan bahwa mereka adalah kubu-kubu internasional yang saling bersaing. Mereka bersama-sama atau berselisih pada saat merampok kekayaan atau bekerja sama dalam merampok dan menikmati kekayaan itu. Tabiat ideologi kapitalis yang sedang memimpin dunia saat ini adalah mengusung dalam lipatannya yang saling bertentangan dan berdiri di atas asas yang menjadi keniscayaan, yaitu persaingan memperebutkan kepentingan dan mendapatkan berbagai manfaat. Karena itu asas manfaat merupakan standar perbuatan di dalam ideologi kapitalisme.

Dan metode penyebaran ideologi bagi mereka adalah aktivitas menancapkan hegemoni terhadap berbagai bangsa yang lemah dalam rangka untuk mengekploitasinya, baik dalam bentuk hegemoni militer, politik, pemikiran atau ekonomi, dsb. Bentuk hegemoni mana saja yang bisa mereka realisasi untuk merampok kekayaan, merampas berbagai manfaat dan memperbudak bangsa-bangsa, maka mereka akan menempuh jalannya dan mengaburkan cara-cara dan sarana-sarana mereka untuk merealisasikannya.

Maka kita memonitor berita, menguasainya secara lengkap dan adanya informasi-informasi politik serta menafsirkannya dari sudut pandang tertentu akan memungkinkan kita untuk memukul dan menggagalkan strategi negara-negara kafir itu dan kemudian mengintai mereka dalam rangka menguliti strategi mereka.

Hizbut Tahrir adalah partai politik, aktivitasnya bersifat politik, menguliti strategi-strategi dan makar-makar negara-negara kafir untuk menghancurkan kita dan merusak pengimplementasiannya oleh mereka. Sebagaimana Hizbut Tahrir juga beraktivitas memutus hubungan yang eksis di negeri-negeri Islam antara para penguasa dengan bangsa mereka, dan antara penguasa dengan tuan-tuan mereka.

Hubungan antara para penguasa dengan bangsa mereka saat ini tegak diatas landasan untuk merendahkan dan membinasakan bangsa-bangsa, menghancurkan berbagai kemaslahatan mereka dan menjauhkan umat dari ideologinya. Sementara hubungan antara para penguasa di negeri islam dengan tuan-tuan mereka tegak diatas landasan bahwa mereka adalah antek-antek yang tulus mengabdi kepada tuan-tuan mereka, menerapkan apa yang didektekan kepada mereka dan menjaga berbagai kepentingan tuan-tuan mereka. Mereka tidak lain adalah alat negara kafir untuk memerangi Islam, mengokohkan metode pemikiran barat dan membangun peradaban barat dengan segenap pemahamannya baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi atau sosial.

Adapun kita masih berada di luar pemerintahan, tetapi kita sedang berada di depan pintu pemerintahan, kita mencari tempat pemusatan untuk mengumumkan peristiwa besar dan kelahiran institusi baru yang akan mengubah wajah sejarah, memperbarui sejarah dan mengkreasi sejarah yang agung. Maka kita wajib melipatgandakan daya upaya, Hendaknya kita menyiapkan diri untuk membayar harga yaitu pengorbanan yang mahal untuk meraih sesuatu yang lebih mahal yaitu keridhaan Allah Swt.

Peristiwa itu tidak lain adalah berdirinya Daulah Khilafah untuk menjulangtinggikan kalimat Allah, mengibarkan panji al-’Uqab di seluruh penjuru bumi, menggerakkan pasukan Islami ke barat dan timur. Kaum muslim akan merasakan pertolongan Allah yang akan Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaperkasa dan Mahapenyayang. [Fathi Muhammad Salim – Abu Ghaziy Sumber : Hiz-ut-tahrir.info]

About Blog Resmi Konferensi Khilafah Mahasiswa Sulawesi Tenggara

............ coming soon .........

Leave a comment